Selamat Datang

Metodologi Penelitian Lingkungan adalah blog yang dibuat untuk mendukung mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Undana mempelajari metodologi penelitian. Untuk memperoleh dasar yang memadai dalam mempelajari Metodologi Penelitian, silahkan kunjungi blog Baru Belajar Meneliti yang dibuat untuk membantu mahasiswa Program Sarjana Fakultas Pertanian mempelajari metodologi penelitian. Silahkan kunjungi blog Ilmu Lingkungan untuk memastikan bahwa sebagai mahasiswa ilmu lingkungan, mempelajari metodologi penelitian perlu dikaitkan dengan permasalahan lingkungan. Blog ini menyajikan pokok bahasan sebagaimana ditunjukkan oleh digit pertama nomor materi dan materi sub-pokok bahasan sebagaimana ditunjukkan oleh digit kedua nomor materi. Mahasiswa wajib membaca seluruh materi dengan angka digit pertama yang sama untuk mempersiapkan diri mengikuti setiap kali perkuliahan. Silahkan klik halaman Daftar Isi untuk mengakses materi kuliah secara langsung.

Saturday, March 11, 2017

5.2. Apa Itu Kesahihan (Validity), Keajegan (Reliability), dan Keterpercayaan (Trustworthiness)?

Pada tulisan sebelumnya, saya telah memaparkan apa itu unsur dan juga apa itu sarana penelitian. Unsur penelitian berkaitan dengan apa yang diamati atau diukur dan bagaimana mengamati dan mengukurnya; sarana penelitian berkaitan dengan apa yang diperlukan agar dapat menentukan apa yang diamati atau diukur dan dapat melakukan pengamatan dan pengukuran. Tapi apakah mengamati atau mengukur saja sudah cukup? Semua itu menghasilkan data sebagaimana telah saya uraikan pada materi 5.1. Namun bagaimana jika seseorang melakukan pengamatan dan pengukuran suatu peubah atau melakukan wawancara mendalam mengenai suatu topik di sembarang tempat, seberapa jauh data yang diperoleh dapat menghasilkan fakta? Agar Anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya menyiapkan tulisan ini untuk mendiskusikan apa yang disebut kesahihan (validitas, validity) dan keajegan (reliabilitas, reliability) dalam penelitian kuantitatif dan keterpercayaan (trustworthiness) dalam penelitian kualitatif.

5.2.1. Pokok Bahasan 5: Materi Kuliah
5.2.1.1. Membaca Materi 5.2.   
Sebelum melanjunjutkan membaca, silahkan Anda terlebih dahulu periksa gambar di bawah ini, gambar lingkaran sasaran untuk menentukan keberhasilan seseorang melemparkan pisau, memanah, atau menembak.

Bila seseorang melempar pisau, memanah, atau menembak satu kali dan langsung tepat mengenai titik pusat lingkaran yang ditetapkan sebagai sasaran maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai pelempar pisau, pemanah, atau penembak jitu. Mungkin Anda akan mengatakan itu hanya kebetulan. Baiklah, suruh dia melakukannya sebanyak dua puluh kali. Hasil yang diperoleh dapat Anda lihat pada salah satu dari empat lingkaran pada gambar di atas. Hasil yang tampak adalah tepat dan konsisten pada lingkaran besar, tidak tepat dan tidak konsisten pada lingkaran kecil di sebelah atas, tepat tetapi tidak konsisten pada lingkaran kecil di sebelah kiri, dan tidak tepat tetapi konsisten pada lingkaran kecil di sebelah kanan. Pelempar pisau, pemanah, atau penembak jitu harus mampu melakukan dengan hasil seperti pada lingkaran besar. Dalam bahasa penelitian kuantitatif, kemampuan untuk melakukan sesuatu tepat mencapai sasaran disebut kesahihan (validity), sedangkan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang konsisten secara berulang-ulang disebut keajegan (reliability).

Tentu saja, konsep mengenai kesahihan dalam penelitian kuantitatif tidak sesederhana melemparkan pisau, memanah, atau menembak sebagaimana pada contoh di atas (meskipun itu juga tidak mudah). Pada tulisan sebelumnya saya sudah memaparkan apa itu konsep atau konstruk dan apa itu proposisi. Konsep atau konstruk merupakan unsur yang dipertautkan satu sama lain dengan menggunakan proposisi untuk membangun teori. Dalam penelitian kuantitatif, tipe kesahihan yang pertama-tama perlu mendapat perhatian adalah kesahihan konstruk (construct validity). Berikutnya perhatian juga perlu diberikan terhadap kesahihan internal (internal validity) dan kesahihan eksternal (external validity). Ketiga tipe kesahihan ini merupakan kategori umum; masing-masing terdiri atas sejumlah sub-tipe yang lebih khusus. Saya hanya akan memaparkan ketiga tipe tersebut secara umum. Anda yang ingin mendalami, silahkan mengunjungi situs Research Method Knowledge Base (maaf, dalam bahasa Inggris), antara lain dengan mengklik tautan tipe-tipe kesahihan pengukuran.

Kesahihan
Kesahihan konstruk berkaitan dengan sejauh mana pelaksanaan penelitian yang didasarkan pada konstruk teoritis tertentu benar-benar dapat mencerminkan konstruk teoritis yang dijadikan dasar pelaksanaan penelitian. Terdapat berbagai tipe kesahihan konstruk (kesahihan muka, kesahihan isi, kesahihan kelompok, kesahihan kesamaan, kesahihan perbedaan), tetapi saya menyukai cara memandang kesahihan konstruk sebagai kesesuaian pola antara pola-pola teoritis dan pola-pola teramati.

Kesesuaian pola antara pola-pola teoritis dan pola-pola teramati
 
Manakala peneliti menyatakan bahwa penelitiannya mempunyai kesahihan konstruk, peneliti tersebut mengklaim bahwa ia memahami bagaimana peubah dan pengukuran yang akan dilakukannya sesuai dengan teori dan ia dapat menunjukkan bukti bahwa peubah dapat diukur sesuai dengan yang direncanakan. Peneliti itu mempunyai gambaran mengenai teori yang menjadi dasar penelitiannya (menguasai pola-pola teoritis) dan mampu menentukan jenis peubah yang dapat menggambarkan teori yang menjadi dasar penelitiannya (membuktikan dengan pola-pola teramati). Dengan kata lain, kesahihan konstruk merupakan kesesuaian antara pola-pola teoritis dengan pola-pola teramati (pattern matching). Bayangkan Anda akan meneliti mengenai masalah rawan pangan dengan menggunakan peubah frekuensi makan dalam sehari. Peubah tersebut dikatakan mempunyai kesahihan konstruk bila: (1) rawan pangan didefinisikan dengan menggunakan frekuensi makan dalam sehari dan (2) peubah frekuensi makan dalam sehari dapat diukur untuk membuktikan bahwa masyarakat mengalami rawan pangan. Bila hasilnya ternyata tidak sesuai dengan yang direncanakan, mungkin peubah tersebut kurang tepat sehingga perlu ditambah dengan peubah lain atau bahkan diganti. Untuk meningkatkan kesahihan konstruk, Anda perlu mempelajari faktor-faktor yang dapat mengancam kesahihan konstruk.

Kesahihan internal berkaitan dengan sejauh mana suatu fenomena disebabkan oleh penyebab tertentu dan bukan oleh penyebab lain dalam hubungan sebab-akibat. Sebelumnya perlu dipahami bahwa hubungan sebab-akibat dapat dijelaskan dengan menggunakan tiga kriteria: (1) sebab mendahului akibat (temporal presedence), (2) penyebab menimbulkan akibat sehingga tanpa penyebab maka tidak ada akibat (covariance), dan (3) berbagai penyebab menimbulkan satu akibat (compounded effect). Kesahihan internal terutama berkaitan dengan kriteria ketiga, yaitu bagaimana memastikan bahwa suatu pengaruh ditimbulkan hanya oleh satu penyebab tertentu padahal berbagai penyebab lain juga dapat menimbulkan pengaruh terhadap obyek yang sama. Misalnya, bagaimana dapat membuktikan bahwa sedimentasi sungai di Timor Barat disebabkan oleh penambangan mangan yang memacu terjadinya erosi, bukan oleh penyebab lain seperti perladangan tebas bakar dan bahkan oleh karakteristik topografi dan geologi Timor Barat sendiri yang memang rawan terhadap erosi. Untuk membuktikan bahwa sedimentasi sungai tersebut memang disebabkan oleh penambangan mangan maka berbagai faktor lain yang dapat mempengaruhi erosi perlu diatur supaya seragam (homogen). Ancaman terhadap kesahihan internal dengan demikian berkaitan dengan perancangan percobaan sebagaimana akan saya paparkan pada tulisan mengenai penelitian eksperimental.

Kesahihan eksternal berkaitan dengan sejauh mana suatu kesimpulan yang melibatkan generalisasi (generalization) memang dapat dibuktikan benar. Kesahihan eksternal dapat dicapai dengan menggunakan dua model, yaitu model pengambilan sampel (sampling model) dan model kesamaan terdekat (proximal similarity model). Pada model pengambilan sampel, generalisasi menjadi sahih hanya apabila dapat diberlakukan terhadap populasi penelitian. Hal ini dimungkinkan karena sampel diambil dari populasi secara acak (sampled at random) sehingga kesimpulan yang diperoleh dari sampel akan merepresentasikan populasi. Pada model kesamaan terdekat, generalisasi menjadi sahih hanya bila dilakukan terhadap sesuatu yang berdekatan dalam waktu dan tempat. Bila kesimpulan didasarkan pada sampel yang diambil di desa A, kesimpulannya yang berlaku di desa A mungkin masih bisa berlaku di desa B yang bertetangga, tetapi tidak di desa C yang berjauhan. Bahkan, kesimpulan yang diambil berdasarkan sampel dari desa A pada tahun 2013 pasti tidak bisa berlaku lagi di desa A pada tahun 2020. Ancaman terhadap kesahihan eksternal dengan demikian berkaitan dengan objek yang menjadi sampel sebagai dasar pengambilan kesimpilan serta waktu dan tempat dilakukannya generalisasi. Saya akan menguraikan lebih lanjut mengenai sampel dan generalisasi pada tulisan yang berkaitan dengan pengambilan sampel.

Keajegan
Keajegan berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang dengan hasil yang kurang lebih sama. Untuk memahami secara lebih mendalam apa itu keajegan, terlebih dahulu perlu dipahami teori pengukuran yang menyatakan bahwa hasil pengukuran merupakan kombinasi aditif (penjumlahan) antara nilai sebenarnya dari sesuatu yang diukur ditambah dengan galat (error), dinyatakan dalam bentuk persamaan X = u + Ex, di mana X adalah nilai hasil pengukuran, u adalah nilai sebenarnya yang ingin diukur, dan Ex adalah galat. Galat dapat terjadi secara acak (tidak bergantung pada yang mengukur dan/atau alat yang digunakan untuk mengukur) dan secara sistematik (bergantung pada yang mengukur dan/atau alat yang digunakan untuk mengukur). Bila pengukuran dilakukan terhadap obyek yang sama berkali-kali, akan diperoleh sejumlah nilai hasil pengukuran, katakanlah X1, X2, ..., Xn sehingga nilai ragam (variance) X, dinyatakan sebagai var(X), dapat dihitung. Nilai ragam X tersebut diasumsikan seiring dengan nilai X sehingga berlaku var(X) = var(u) + var(Ex). Dalam hal ini, keajegan merupakan nilai var(u)/var(Ex). Karena u tidak diketahui maka demikian juga dengan var(u). Tetapi karena obyek yang diukur sama maka keajegan dapat diukur sebagai korelasi antara dua hasil pengukuran berturut-turut. Hal ini akan saya uraikan lebih lanjut dalam tulisan mengenai metodologi penelitian.

Keterpercayaan
Setelah memahami kesahihan dan keajegan dalam penelitian kuantitatif, lalu bagaimana dengan keterpercayaan dalam penelitian kualitatif? Ketika membahas kesahihan dalam penelitian kuantitatf, kita sebenarnya membahas pertanyaan:
  1. Sudahkan kita mengukur apa yang seharusnya diukur?
  2. Sejauh mana hasil pengukuran dapat diterapkan dalam konteks yang berbeda?
  3. Apakah pengukuran akan memberikan hasil yang sama bila penelitian diulang?
  4. Sejauh mana hasil pengukuran dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan penyimpangan lainnya?
Pada penelitian kuantitatif, pertanyaan 1 berkaitan kesahihan internal, pertanyaan 2 berkaitan dengan kesahihan eksternal, pertanyaan 3 berkaitan dengan keajegan, dan pertanyaan 4 berkaitan dengan objektivitas. Pada penelitian kualitatif, pertanyaan 1 berkaitan dengan kredibilitas (credibility), pertanyaan 2 berkaitan dengan transferabilitas (transferability), pertanyaan 3 berkaitan dengan dependabilitas (dependability) dan pertanyaan 4 berkaitan dengan konformabilitas (conformability). Keempat unsur inilah yang kemudian dikenal sebagai keterpercayaan (trusworthiness). Baik pada penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, keempat pertanyaan tersebut berturut-turut dari pertanyaan 1 sampai pertanyaan 4 berkaitan dengan nilai kebenaran (truth value), keterterapan (applicability), konsistensi (consistency), dan ketidakberpihakan (netrality). Keempat aspek keterpercayaan ini disebut kesahihan kualitatif (qualitative validity) dalam Research Methods Knowledge Base. Untuk mencapai keterpercayaan, seorang peneliti kualitatif harus menempuh sejumlah strategi untuk memastikan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konformabilitas tersebut sebagaimana diuraikan oleh Andrew K. Shenton (2004) dalam artikelnya Strategies for ensuring trustworthiness in qualitative research projects yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Education for Information 22:63–75. Bila Anda merencanakan akan melakukan penelitian kualitatif, pastikan bahwa Anda sudah membaca artikel jurnal ilmiah ini.

Tabel di atas menyajikan beberapa strategi mencapai keterpercayaan dari seluruh strategi diuraikan dalam artikel ilmiah Andrew K. Shenton (2004).

5.2.1.2. Membaca Pustaka Wajib
Silahkan mengklik setiap tautan yang diberikan pada materi kuliah ini dan mengunduh pustaka yang disediakan dari halaman Pustaka Wajib dan membaca judul bab atau sub-bab yang berkaitan dengan materi kuliah ini. Silahkan bagi file buku menjadi file terpisah untuk setiap bab dengan menggunakan layanan Free PDF Editor Online. Selanjutnya ubah format file dari format PDF ke format DOC dengan menggunakan layanan konversi format file daring untuk kemudian diterjemahkan dengan menggunakan layanan Penerjemahan Dokumen dari Google Translate.

***
Kembali membaca Materi Sebelumnya
Lanjutkan membaca Materi Berikutnya

***
Hak cipta: I Wayan Mudita (2019)
Revisi pertama: 3 Maret 2019, revisi termutakhir: 20 Maret 2021.

Creative Commons License

41 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Terimakasih pak atas materi yang sudah bapak sajikan, dan yang saya pahami dari materi ini bahwa dalam penelitian kuantitatif menganut konsep kesahihan dan keajegan, sedangkan dalam penelitian kualitatif menganut konsep keterpercayaan. Dalam penjelasannya ada 3 tipe kesahihan yakni (1) kesahihan konstruksi, (2) kesahihan internal dan (3) kesahihan eksternal.yang ingin saya tanyakan apakah dalam satu penelitian kuantitatif harus menggunakan ketiga konsep kesahihan ini pak..Atau pada penelitian seperti apa kita menggunakan salah satu dari ketiga konsep kesahihan ini dan apakah penetuan konsep kesahihan ini berpengaruh pada data yang dihasilkan..Mohon penjelasannya pak.trimaksih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, setiap penelitian kuantitatif harus memenuhi ketiga syarat kesahihan tersebut. Bila kesahihan tidak terpenuhi maka data yang dihasilkan akan merupakan data sampah, data yang tidak mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur.

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Selamat malam pak. Seperti yang sudah bpk jelaskan pada tulisan di atas bahwa untuk mencapai keterpercayaan seorang peneliti kualitatif harus menempuh sejumlah strategi untuk memastikan kredibilitas dan seterusnya.yang ingin saya tanyakan strategi seperti apa,agar saya dapat memahaminya walau secara singkat, trimakasih pak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada banyak strategi, antara lain mencari narasumber yang tepat untuk karakteristik penelitian yang dilakukan, mengenal latar narasumber dengan baik, termasuk latar belakangnya, mematuhi panduan etika penelitian kualitatif, dsb.

      Delete
  5. sang pak...
    ada hal penting dari materi 5.2 yang belum saya pahami.. apa yang dimaksud dengan kesahihn internal dan kesahihan external dan seberapa pengeruhnya terhadap sebuah penelitian ilmiah

    ReplyDelete
  6. Selamat siang pak. untuk Validitas konstruk saya berpandangan bahwa penelitian dilakukan untuk "menguatkan/mempertegas" suatu teori. apakah benar seperti ini pak? jika demikian dimanakah posisi teori pada penelitan yang mempunyai validitas internal dan penelitan yang mempunyai validitas external?

    ReplyDelete
  7. selamat malam pak.saya ingin bertanya kira2 apa saja kerugian dari digunakannya metode kesamaan.apakah tidak perpengaruh pda persentase kebenaran terhadap kesimpulan yang dibuat,sementra sampelnya tdak di ambli langsung d daerah tersebut

    ReplyDelete
  8. Selamat malam bapak, dari penjelasan bapak bahwa dalam kesahihan internal ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian yaitu: temporal presedence, covariance dan compounded effect. Mohon penjelasan bapak mengenai ketiga hal tersebut dan seberapa besar pengaruh ketiga hal tersebut dalam suatu penelitian.Terimakasih bapak.

    ReplyDelete
  9. Selamat pagi pak...yang ingin saya tanyakan pola-pola teoritis dan pola-pola teramati seperti apa yang dikatakan memiliki kesesuaian dalam cara memandang kesahihan konstruk..??? terima kasih

    ReplyDelete
  10. selamat sore pak.
    seberapa besar pengaruhnya Kesasihan Internal terhadap sebuah penelitian?
    sekian dan terima kasih pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. menurut saya sangat diperlukan pak, karna kebenaran dari dalam penelitian bisa menjadi landasan sebuah penelitian diakui dan di pelajari lebih lanjut

      Delete
  11. Selamat malam pak...yang ingin saya tanyakan sejauh mana hasil suatu penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil?

    ReplyDelete
  12. Selamat siang pak ,,terima kasih atas peyajiaan materinya ,,mohon ijin bertanya pak,bagaimana kita dapat menganalisis apakah data tersebut memeliki ,Kesahihan, Keajegan, Keterpercayaan mohon penjelsannya pak,,tentang alat ukuryang digunakan,,,terima kasih pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat pagi pa Maxen :
      Ijin saya menjawab pertanyaan :
      Cara Mengukur Validitas
      a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur → sampai tersusun alat ukur atau kuesioner.
      b) Uji coba
      c) Tabulasi
      d) Uji statistik dengan korelasi ” Product Moment “
      Untuk menguji validitas tipa butir soal maka skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan skor Y, dengan didapatkannya indeks validitas tiap butir soal, bisa diketahui butir soal mana yang memenuhi syarat dapat dilihat dari indeks validitasnya.
      Tentukan koefisien korelasi antara skor hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan hasil tes yang terstandar yang dimiliki orang yang sama dengan menggunakan rumus korelasi produk momen
      Cara Mengukur Reliabilitas
      a) Metode ulang
      b) responden sama, kuesioner (alat ukur) sama, penelitian dua kali
      c) Stability Reliability → Neuman (2000)
      d) Menurut Sukadji (2000), Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya koefisien.
      e) Menurut Nursalam (2003), Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan jika fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berulang kali dalam waktu yang berlainan.
      Terima kasih Pa Maxen.

      Delete
    2. Mohon ijin untuk mencoba menjawab pertanyaan dari Pak Maxen.
      Kesahihan, Keajegan, Keterpercayaan dapat dianalisis dari hasil perhitungan korelasi sehingga akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat Kesahihan, Keajegan, Keterpercayaan suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
      Terimakasih.

      Delete
  13. Selamat Malam Bapak. Terkait dengan beberapa sub diatas tentang Kepercayaan, setelah kita memahami kehaihan data dalam penelitian kualitatif. Ketika kita membahas penelitian kulitatif apakah dengan pertanyaan beberapa diatas menjadi rujukan utama atau masih ada pertnayaan lainnya?
    seperti beberapa poin ini :
    1.Sudahkan kita mengukur apa yang seharusnya diukur?
    2.Sejauh mana hasil pengukuran dapat diterapkan dalam konteks yang berbeda?
    3.Apakah pengukuran akan memberikan hasil yang sama bila penelitian diulang?
    4.Sejauh mana hasil pengukuran dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan penyimpangan lainnya?
    Apakah ini semua sudah masuk dalam pengukuran tentang kepercayaan data dalam penelitian kualitatif ? mohon sedikit penjelasan pak. Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat Pak. Sedikit saya menanggapi terkait dengan Penelitian Kualitatif tentang mengukur apa yang sudah diukur, jika mengukur melakukan dengan belum memiliki data valiadasi yang benar maka dilakukan kebali pengukuran. Begitu juga soal pengkuran berpengaruh oleh berapa kepentingan dalam penelitian. Itu gambaran dari saya, akan dijelaska lebih lanjut oleh Pak Mudita.

      Delete
  14. Selamat malam Pak, terima kasih untuk materi 5.2 Apa Itu Kesahihan (Validity), Keajegan (Reliability), dan Keterpercayaan (Trustworthiness)? Beberapa pertanyaan ini mewakili kurangnya pemahaman saya terkait materi diatas.
    1. Jenis validitas dan reliabilitas? Validitas untuk proses riset dan alat ukurnya!
    2. Bagaimana cara mengukur validitas dan reliabilitas?
    3. Bagaimana mengembangkan validitas dan reliabilitas?
    4. Mengapa perlu ada validitas dan reliabilitas?
    5. Kapan validitas dan reliabilitas tidak berlaku?
    6. Apa beda validitas untuk alat tes dengan validitas untuk kegiatan observasi dan wawancara?
    Mohon pencerahannya Pak, terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Izin menjawab pertanyaan nomor 2 ibu Stevania,
      1. Mengukur Validitas : Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
      Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan tinggi. Arti kecermatan disini adalah dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya.
      2. Mengukur Reliabilitas : Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700.

      Delete
  15. Selamat malam pak, terkait dengan materi 5.2.
    1. Bagaimana menentukan validitas untuk kegiatan observasi?
    2. Kapan sebuah observasi membutuhkan validitas?
    3. Kapan sebuah wawancara perlu ditentukan validasinya?
    Terima kasih pak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam Ibu Tessa, ijin menjawab pertanyaan yang diajukan.


      1. Bagaimana menentukan validitas untuk
      kegiatan observasi?
      Ada 2 cara menentukan validitas observasi, yaitu: menggunakan dasar teori atau konsep kemudian di turunkan menjadi beberapa aspek atau indikator konsep. Yang kedua, menggunakan perbandingan antar perilaku. Pada cara pertama, observer harus menentukan teori atau konsep apa yang akan digunakan sebagai acuan observasi. Konsep atau teori itu kemudian diturunkan menjadi beberapa indikator yang dipakai untuk menjadi tolok ukur operasional konsep tersebut. Sedangkan cara kedua adalah membandingkan perilaku subjek pada berbagai situasi. Apakah perilaku inatensi, misalnya, muncul di kelas, apakah muncul juga saat ia berada di rumah, apakah muncul juga saat ia sedang mengerjakan tugas di tempat les. Dengan membandingkan kemunculan perilaku dari hasil observasi tersebut akan didapatkan validitas observasi yang disebut concurrent validity.
      2. Kapan sebuah observasi membutuhkan validitas?
      Pada setiap kegiatan observasi atau pengamatan sangat perlu untuk memiliki instrumen observasi yang valid. Hal ini dikarenakan indera yang digunakan dalam pengamatan yakni mata dan telinga memiliki keterbatasan. Rahayu dan Ardani (2004) menyatakan bahwa keterbatasan indera timbul terutama dari objek yang dihadapi. Kebanyakan objek-objek penyelidikan adalah objek-objek yang kompleks, memiliki unsur yang banyak, segi yang berliku-liku atau dimensi yang majemuk. Oleh karena itu kegiatan observasi membutuhkan instrumen yang valid agar instrumen tesebut benar-benar dapat mengukur target perilaku dalam kegiatan observasi. Sattler (2002) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan observasi sering ditemui berbagai masalah. Pertama, sulitnya untuk mendapatkan sampel dan representatif perilaku yang tepat dalam waktu singkat. memperoleh sampel dan representatif perilaku yang tepat akan memerlukan pengambilan sampel dalam berbagai jenis situasi, dan ini jarang dilakukan. Kriteria validasi meliputi penilaian dari orang lain yang akrab dengan subjek penelitian dan observasi dalam situasi eksperimental. Tapi kriteria ini tidak mutlak dan tidak menawarkan bukti keabsahan. kesulitan lebih lanjut muncul ketika dua indeks yang dimaksudkan untuk mengukur perilaku yang sama bukanlah kesepakatan. ukuran mana yang valid atau representatif? karena perilaku adalah variabel, sangat mungkin kedua ukuran ini adalah akurat, meskipun langkah-langkah kriteria menunjukkan kesepakatan yang buruk.
      3. Kapan sebuah wawancara perlu ditentukan validasinya?
      Instrumen yang digunakan dalam sebuah wawancara seharusnya memiliki validitas yang baik. Rahayu dan Ardani (2004) mengungkapkan bahwa validitas yang baik merujuk pada objektivitas. Artinya, variabel-variabel dalam wawancara yang telah ditetapkan oleh peneliti harus berdasarkan teori-teori yang telah mapan. Namun objektivitas dalam kegiatan wawancara bersifat objectivied subjectivities. Artinya subjektif menurut peneliti (teori yang ada), tetapi objektif menurut subjek yang diteliti. Hal ini dimungkinkan karena realitas sosial dalam penelitian naturalistik berada di alam imajinasi pikiran kebanyakan manusia yang merupakan gugusan subjektivitas awam yang tidak pernah diuji kebenarannya, dan objektif menurut kaidah-kaidah keilmuan atau logika. Namun betapapun subjektifnya, hal tersebut sesungguhnya adalah subjektivitas unik yang justru harus ditempatkan sebagai objek kajian ilmu-ilmu sosial yang utama.

      Semoga membantu, terima kasih.

      Delete
  16. Selamat malam Pak, Terimakasih atas penyampaian materi yang sangat baik.

    saya ingin bertanya mengenai teori apa yang mendasari penggunaan validitas untuk kegiatan observasi dan wawancara? Serta bagaimana cara menggunakan validitas?

    Terimakasih, Pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam Pak Marlon.. Terkait pertanyaan diatas
      1. Teori apa yang mendasari penggunaan validitas untuk kegiatan observasi dan wawancara?
      Validitas dalam kegiatan observasi dan wawancara pada pengukuran psikologi perlu untuk dilakukan karena subjek pengukurannya adalah manusia. Untuk mengungkap aspek-aspek atau variabel-variabel dari keadaan psikologis manusia, diperlukan instrumen observasi dan wawancara yang reliabel dan valid agar kesimpulan penelitian tidak keliru dan dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai subjek penelitian (Azwar, 1992).

      Delete
    2. Untuk pertanyaan selanjutnya :
      2. Bagaimana cara menggunakan validitas?
      Rahayu dan Ardani (2004) menjelaskan bahwa validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dalam kegiatan observasi ada beberapa jenis validitas yang dapat digunakan, yaitu
      a. Face validity adalah bagaimana kelihatannya suatu alat pengukur benar-benar menukur apa yang hendak diukur. Misalnya untuk mengukur kemampuan sebagai seorang supir, seorang observee harus disuruh mengendarai mobi. Tetapi, bila pengukuran kemampuan mengendarai mobil dilakukan dengan ujian tertulis tentang teknik mengendarai mobil, maka alat pengukur tesebut kurang memiliki face validity.
      b. Content validity adalah sejauh mana isi alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Data harus mencerminkan cir-ciri yang telah ditentukan yaitu apa saja yang akan diungkap/diukur. Contohnya bila seorang penelitia infin mengukur keikutsertaan dalam program KB dengan menanyakan metode kontrasepsi yang dipakai. Bila aspek yang diamati tidak mencakup semua metode kontrasepsi, maka alat ukur tersebut tidak memiliki validitas isi.
      c. Predicty validity adalah alat pengukur yang dibuat oleh peneliti seringkali dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Contonya ujian seleksi masuk perguruan tinggi. Ujian tersebut merupakan upaya untuk memprediksi apa yang aan terjadi di masa yang akan datang. Peserta yang lulus ujian dengan nilai baik diprediksikan akan mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan sukses. Soal ujian masuk tersebut dikatakan memiliki validitas prediktif, apabila ada korelasi yang tinggi antara nilai ujian masuk dengan prestasi belajar setelah menjadi mahasiswa.
      d. Construct validity adalah kerangka suatu konsep. Misalnya, untuk mengukur status ekonomi responen dengan menggunakan lima komponen status ekonomi, yakni penghasilan perbulan, pengeluaran perbulan, pemilikan barang, porsi penghasilan yang digunakan untuk rekreasi, dan kualitas rumah. Apabila ada konsistensi antara komponen-komponen konstruk yang satu dengan yang lain maka konstruk tersebut memiliki validitas.
      e. Concurrent validity dilakukan dengan mengobservasi perilaku dan membandingkannya dengan perilaku lain. Misalnya perilaku di sekolah sama dengan perilaku di luar kelas (menunjukkan agresivitas).
      Selanjutnya validitas dalam kegiatan wawancara
      a. Validitas konstruk. penelitian kualitatif dengan metode observasi dan wawancara tidak terlepas dari aktivitas melakukan konstruksi sosial. Misalnya, orang yang selalu memakai peci dikonstruk peneliti sebagai orang yang alim. Konstruksi semacam itu memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
      • Dalam pengumpulan data, peneliti harus menggunakan multi sumber bukti.
      • Peneliti harus membangun rangkaian bukti antara satu data dengan data lain.
      • Agar peneliti meminta orang yang diwawancarai meninjau ulang draft laporan yang disusun.
      b. Validitas internal. Hal ini dilakukan pada tahap analisis data. Validitas internal ini meliputi hal-hal berikut:
      • Membuat pola penjodohan dengan analisis sebab-akibat atau aksi reaksi atau pengaruh-mempengaruhi.
      • Peneliti hendaknya mengerjakan penyusunan kesplanasi; maksudnya apakah konstruksi yang dibuat berdasarkan data yang diterima itu dapat dipertanggungjawabkan.
      • Peneliti hendaknya membuat analisis deret waktu dari peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena yang terjadi.
      c. Validitas eksternal. Dalam melakukan validitas ini, hendaknya peneliti menggunakan logika replikasi. Artinya seandainya penelitian yang sama dilakukan oleh orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sama, niscaya hasilnya akan sama atau hampir sama.

      Delete
    3. Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinva tes itu valid apabila butir-butir tes itu mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, validitas isi sebenarriya mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika. Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lain-lain. Untuk menentukan validitas konstruk dilakukan proses penelaahan teoretik dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir instrumen. Perumusan, konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.
      Terima Kasih Pa.

      Delete
  17. Selamat malam pak. Terima kasih atas pemaparan materinya, ada yang saya bertanya terkait dari materi diatas. terima kasih
    1. Apakah perlu mencari reliabilitas kegiatan observasi?
    2. Apakah perlu mencari reliabilitas kegiatan wawancara?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam Pak Lobo, mohon ijin menanggapi pertanyaan yang telah diberikan :
      1. Apakah perlu mencari reliabilitas kegiatan observasi?
      Mencari reliabilitas dalam kegiatan observasi itu perlu, dimana reliabilitas observasi adalah keajegan apa yang diobservasi. Agar suatu pengukuran observasi dapat dipercaya, maka idealnya hasil observasi bila diuji kembali oleh orang lain baik di lain waktu maupun sekarang maka hasilnya relatif sama.
      2. Apakah perlu mencari reliabilitas kegiatan wawancara?
      Menurut Neuman (2007), metode wawancara menjadi ciri khas dari penelitan kualitatif. reliabilitas dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan kepada keajegan hasil jawaban yang dimunculkan oleh subjek. Namun berbeda dengan pendekatan kuantitatif, reliabilitas pada kualitatif lebih bersifat fleksibel dan berkembang.
      Sehingga jika pada pendekatan kualitatif didapatkan data yang berbeda, tidak serta merta disimpulkan bahwa reliabilitasnya rendah tapi justru menjadi salah satu bentuk memperoleh data yang kaya atau lengkap. Terima kasih

      Delete
  18. Selamat malam Bapak, Terimakasih atas Informasi Materinya sangat membantu saya untuk lebih memahami sebuah penelitian , saya sangat tertarik dengan metode kualitatif dimana hal yang baru saya pahami terkait kesahihan dan keajegan serta keterpercayaan ini, Pada intinya sebuah penelitian harus di pertanggungjawabkan kebenarannya atau keabsahannya, yang saya pahami juga meneliti itu harus jujur. Pertanyaannya bagi saya sebagai peneliti pemula: bagaimana upaya untuk memperoleh Kejujuran Peneliti dan Kejujuran Sumber data?

    ReplyDelete
  19. Terima kasih untuk materinya bapak. Saat ini DUnia sedang dilanda pandemi Virus Covid 19, saat saya S1 saya mempelajari tentang ilmu Epidemiologi dan mengerti akan cepatnya penyebaran penyakit oleh sebuah Virus, dimana dari data WHO menunjukkan bahwa tingkat penyebaran Virus Covid 19 sangat cepat namun dengan rasio kematian yang rendah, dari materi yang bapak sajikan tertuang tentang Keterpercayaan, yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana kita dapat menilai kebenaran (truth value), keterterapan (applicability), konsistensi (consistency), dan ketidakberpihakan (netrality) dari data tentang Covid 19 ini ? terima kasih bapak

    ReplyDelete
  20. Selamat pagi Bapak.
    Saya tertarik sekali dengan paragraph berikut ini :
    Pada penelitian kuantitatif, pertanyaan 1 berkaitan kesahihan internal, pertanyaan 2 berkaitan dengan kesahihan eksternal, pertanyaan 3 berkaitan dengan keajegan, dan pertanyaan 4 berkaitan dengan objektivitas. Pada penelitian kualitatif, pertanyaan 1 berkaitan dengan kredibilitas (credibility), pertanyaan 2 berkaitan dengan transferabilitas (transferability), pertanyaan 3 berkaitan dengan dependabilitas (dependability) dan pertanyaan 4 berkaitan dengan konformabilitas (conformability). Keempat unsur inilah yang kemudian dikenal sebagai keterpercayaan (trusworthiness). Baik pada penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, keempat pertanyaan tersebut berturut-turut dari pertanyaan 1 sampai pertanyaan 4 berkaitan dengan nilai kebenaran (truth value), keterterapan (applicability), konsistensi (consistency), dan ketidakberpihakan (netrality).
    Pertanyaan saya:
    1. Dalam menguji instrument penelitian kuantitaif,sebelum digunakan pada responden biasa dilakukan uji coba instrument atau studi instrument dalam jumlah yang terbatas. Apakah uji instrument ini dilakukan di wilayah sasaran penelitian atau bisa dilakukan di luar wilayah penelitian? Bila uji instrumennya itu tidak sahih dan tidak reliable, apa yang dikerjakan?
    2. Pada penelitian kualitatif peneliti pemula pasti mengalami kesulitan untuk mengukur beberapa unsure di atas. Bagaimana cara membatasi instrument penelitian agar tidak membias atau memenuhi beberapa unsure tersebut di atas?
    Terima Kasih Bapak.

    ReplyDelete
  21. Selamat malam, Pak Piter Pulang. Terimakasih atas pertanyaan yang diajukan, Ijinkan saya mencoba menanggapi.

    Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh, mengukur, dan menganalisis data dari subjek yang ada di seputar judul penelitian. Sehingga perlu menentukan instrumen yang akan digunakan berdasarkan jenis studi yang dilakukan: kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Untuk studi kuantitatif, bisa menggunakan kuesioner, dan untuk studi kualitatif, dapat memilih untuk menggunakan skala. Meskipun terbantu dengan menggunakan instrumen yang sudah ada, karena sudah terbukti efektif, si peneliti dapat juga, jika diperlukan, dapat menggunakan instrumen baru atau bahkan membuat instrumen sendiri. Dan perlu menggambarkan instrumen yang diambil tersebut. Instrumen penelitian sebenarnya didesain untuk sebuah tujuan dan tidak digunakan di penelitian yang lain. Karena tujuan dan mekanisme kerja pada setiap teknik penelitian akan berbeda-beda. Maka dari itulah susunan satu instrumen akan berbeda dengan instrumen yang digunakan untuk penelitian lainnya. Untuk penelitian kuantitatif sendiri, pada umumnya instrumen yang digunakan berasal dari pengembangan atas penjabaran variabel penelitian dari teori-teori yang akan duji pada penelitian yang sedang dikerjakan itu. Saat menulis sub bab instrumen penelitian, maka jelaskanlah alasan memilih instrumen yang digunakan tersebut. Karena akan berkaitan langsung dengan penjabaran variabel dalam ruang lingkup penelitian. Jelaskan saja alasan pemilihan instrumen, bagaimana proses pengembangan instrumen, pengembangan setiap pertanyaan atau pun pernyataan, teknik pemberian skor/nilai (pembobotan) dan lain sebagaimana.
    Jika memilih pendekatan penelitian kuantitatif, maka pemahaman tentang validitas dan reliabilitas instrumen adalah syarat mutlaknya. Instrumen yang akan digunakan pada penelitian kuantitatif hendaknya diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Apalagi dalam penelitian kuantitatif, hasil dari pengujian validitas dan reliabilitas bisa merubah jumlah pertanyaan atau pernyataan yang diuji. Hal ini karena dimungkinkan ada pernyataan atau pertanyaan yang hasilnya tidak valid atau reliabitiasnya rendah.

    Terima kasih Pak.

    ReplyDelete
  22. Selamat siang ibu stvani Mohon ijin menjawab terkait Pertanyaan No.4 mengenai Mengapa perlu ada validitas dan reliabilitas?
    Jika kita kembali ke definisi validitas, maka dapat disimpulkan bahwa validitas mutlak diperlukan oleh sebuah alat ukur atau alat tes agar tujuan pengukuran relevan dengan data yang diperlukan atau diperoleh. Sebagai contoh, sebuah timbangan badan, dikatakan memiliki validitas jika dapat mengukur berat badan manusia secara akurat. Keakuratan timbangan badan tersebut sebelumnya harus diuji terlebih dahulu, melalui proses terra timbangan oleh Badan Metrologi. Uji validitas tersebut mutlak diperlukan oleh timbangan agar orang yang menggunakan merasa yakin bahwa ukuran 1 kg pada timbangan benar-benar valid mengukur 1 kg berat benda.
    Sedangkan reliabilitas diperlukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Relatif sama, berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dapat dikatakan tidak reliabel.(Azwar, 1997) Jika kita kembali menggunakan contoh timbangan badan, maka reliabilitas timbangan dapat diketahui dengan cara menggunakan timbangan badan tersebut pada beberapa orang dan beberapa kali percobaan untuk satu orang. Kalau hasil timbangan tersebut sama atau hanya memiliki perbedaan kecil saat pengukuran, maka timbangan tersebut dapat dinyatakan reliabel.trimakasih,

    ReplyDelete
  23. Saya Menjawab Pertanyaan Lanjutan No.5 dari ibu Stevania terkait Kapan validitas dan reliabilitas tidak berlaku?
    Validitas menjadi tidak berlaku ketika validitas sebuah alat ukur digunakan untuk melihat validitas alat ukur lainnya, maka validitas tersebut menjadi tidak berlaku. Hal ini disebabkan tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Sedangkan reliabilitas menjadi tidak berlaku pada dua kondisi. Yang pertama, alat ukur tersebut digunakan untuk mengukur populasi atau sampel yang berbeda dengan rancangan alat ukur itu. Ini disebut sampling error, mengacu kepada inkonsistensi hasil ukur karena digunakan ulang pada kelompok individu yang berbeda. Contoh timbangan badan tadi, menjadi tidak reliabel jika yang ditimbang adalah monyet, bukan manusia. Sedangkan yang kedua, reliabilitas menjadi tidak berlaku jika terjadi kesalahan pengukuran atau error of measurement. Alat ukur yang dipakai tidak konsisten dalam mengukur. Timbangan badan, menjadi tidak reliabel ketika mengukur berat badan orang yang sama beberapa kali namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan perbedaan tersebut cukup besar. Misalkan: hasil timbangan pertama pada si A, 60 kg. Timbangan kedua, 58 kg dan timbangan ketiga 60,5 kg. Dari hasil timbangan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa alat timbangan badan itu tidak reliabel.Trimakasih,

    ReplyDelete
  24. Mohon ijin bertanya Bapak.
    Ketika mau melakukan pengambilan data menggunakan kuesioner maka harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu terhadap kuesioner yang mau digunakan, pertanyaannya apakah kedua uji tersebut bisa dijadikan satu dengan data yang diperoleh? Misalnya begini, sambil melakukan pengambilan data saya melakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuisionernya, apabila hasil ujinya menyatakan bahwa kuesioner yang saya gunakan ternyata reliabel dan valid maka langsung saja saya teruskan melakukan pengambilan data, sehingga tidak terpisah antara uji kuesioner dengan proses pengambilan data penelitiannya.
    Terimakasih.

    ReplyDelete
  25. Selamat malam pak, pada materi 5.2. saya mau tanya
    1. Bagaimana menentukan validitas untuk kegiatan observasi?
    2. Kapan sebuah observasi membutuhkan validitas?
    Terima kasih pak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Izin menanggapi pertanyaan dari Ibu Felpi.
      1. Bagaimana menentukan validitas untuk kegiatan observasi?
      menurut saya validitas (ketepatan) utk kegiatan observasi ditentukan oleh ketepatan dan keakuratan alat ukur yang digunakan, tergantung apa yang mau diobservasi. Misalkan jika hendak melakukan observasi tingkat pencemaran air dengan parameter keasaman (pH) maka kita harus menggunakan alat ukur yang sesuai misalnya pH meter.
      2. Kapan sebuah observasi membutuhkan validitas?
      Validitas dibutuhkan pada semua tahap kegiatan observasi, terutama pada tahap pengambilan data sampel.
      Terima kasih

      Delete
  26. Selamat malam Pak Wayan dan teman-teman. Izin bertanya terkait narasumber dalam penelitian kualitatif, apakah narasumber hanya berupa orang/manusia atau bisa juga obyek lain selain manusia? Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. izin menjawab pak Martin menurut saya yang nama narasumber tentunya obyeknya adalah orang karena pasti harus ada interaksi terhadap pertanyaan yang kita sampaikan atau tanggapan dari statemen kita sendiri dalam mendukung penelitian kita. terimakasih

      Delete
  27. bagaimana peubah dan pengukuran yang akan dilakukannya sesuai dengan teori dan ia dapat menunjukkan bukti bahwa peubah dapat diukur sesuai dengan yang direncanakan.

    berdasarkan tulisan tersebut maka saya mau bertanya apakah dalam proses penelitian peubah tersebut bisa saja berubah berdasarkan kondisi lingkungan penelitian kita? mohon pencerahannya Bpk , terimakasih

    ReplyDelete