Selamat Datang

Metodologi Penelitian Lingkungan adalah blog yang dibuat untuk mendukung mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Undana mempelajari metodologi penelitian. Untuk memperoleh dasar yang memadai dalam mempelajari Metodologi Penelitian, silahkan kunjungi blog Baru Belajar Meneliti yang dibuat untuk membantu mahasiswa Program Sarjana Fakultas Pertanian mempelajari metodologi penelitian. Silahkan kunjungi blog Ilmu Lingkungan untuk memastikan bahwa sebagai mahasiswa ilmu lingkungan, mempelajari metodologi penelitian perlu dikaitkan dengan permasalahan lingkungan. Blog ini menyajikan pokok bahasan sebagaimana ditunjukkan oleh digit pertama nomor materi dan materi sub-pokok bahasan sebagaimana ditunjukkan oleh digit kedua nomor materi. Mahasiswa wajib membaca seluruh materi dengan angka digit pertama yang sama untuk mempersiapkan diri mengikuti setiap kali perkuliahan. Silahkan klik halaman Daftar Isi untuk mengakses materi kuliah secara langsung.

Saturday, March 11, 2017

5.1. Apa Itu Data, Skala Data, dan Skala Pengukuran, Perbedaan Data dari Fakta, serta Kaitan Data dengan Informasi, Pengetahuan, dan Kearifan?

Hasil awal dari melakukan penelitian adalah data. Tetapi apakah sebenarnya data itu? Apakah data harus berbentuk kumpulan angka atau juga rangkaian kata-kata? Apakah data sama dengan fakta dan bagaimana kaitannya dengan informasi dan pengetahuan? Kekeliruan sering terjadi dalam memahami apa itu data sehingga Anda perlu benar-benar mempelajarinya. Dengan memahami apa sebenarnya itu data, Anda akan menyadari bahwa kekacauan sering terjadi dalam memahami perbedaan antara data, fakta, dan informasi. Sebagai peneliti, atau setidak-tidaknya calon peneliti, Anda perlu benar-benar memahami data itu sebenarnya apa dan bisa membedakannya dari fakta dan memahami pula kaitannya dengan informasi dan pengetahuan. Tulisan ini saya buat untuk mengantarkan Anda mempelajari apa itu data, skala data, dan skala pengukuran dalam penelitian kuantitatif dan apa itu data dalam penelitian kualitatif.
 
5.1.1. Pokok Bahasan 5: Materi Kuliah
5.1.1.1. Membaca Materi 5.1.  
Data berasal dari kata bahasa Latin 'datum' yang bentuk jamaknya adalah 'data'. Dengan begitu, pengucapan maupun penulisan kata 'data-data' merupakan sesuatu yang berlebihan karena kata 'data' sendiri sudah merupakan bentuk jamak, sedangkan pengulangan kata dalam bahasa Indonesia dilakukan untuk menyatakan jamak. Data diartikan sebagai nilai peubah, baik peubah kuantitatif maupun topik kuantitatif. Dengan begitu, padat populasi tumbuhan invasif Chromolaena odorata 5 individu/m2, jumlah penduduk miskin NTT pada Maret 2016 sebesar 1.150.000 orang, dan emisi CO2 dunia sebesar 36.061.710 kiloton pada 2015 merupakan contoh data kuantitatif, sedangkan "daun Chromolaena odorata mengandung nitrogen", "penduduk miskin mengalami kurang gizi", dan "pembakaran sampah yang dilakukan pada kerja bakti Jumat bersih mengubah sampah menjadi emisi CO2" merupakan contoh data kualitatif. Bukan hanya itu, foto atau video mengenai hal tersebut juga merupakan data kualitatif. Data merupakan nilai yang diperoleh dari pengukuran terhadap karakteristik suatu objek penelitian kuantitatif atau deskripsi mengenai suatu topik penelitian kualitatif. Dalam data spasial, data merupakan keterangan mengenai di mana suatu objek berada sedangkan keterangan mengenai karakteristik objek yang bersangkutan merupakan atribut.

Istilah 'peubah' dan 'data' terutama digunakan pada penelitian-penelitian dengan landasan filosofis positivistik-pascapositivistik. Pada penelitian dengan landasan filosofis interpretatif-konstruktif, kedua istilah tersebut tidak digunakan, melainkan digunakan istilah 'topik' atau 'tema' yang kira-kira berpadanan dengan 'peubah' dan istilah 'kapta' (capta) yang kira-kira berpadanan dengan 'data'. Kata 'kapta' berasal dari bahasa Latin 'captere' yang berarti 'mengambil'. Kalangan peneliti dengan pendekatan yang mengarah ke fenomenologi, antara lain Peter Checkland dan Johanna Drucker, berpandangan bahwa mereka berkeberatan menggunakan istilah 'data' karena istilah tersebut mengindikasikan sesuatu yang ada begitu saja (given) sebagai kesatuan yang utuh. Dengan menggunakan istilah 'kapta' mereka ingin mengedepankan proses yang digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat konstitutif (tidak sebagai kesatuan yang utuh).

Data dikategorikan dengan berbagai cara. Sama seperti kategori jenis-jenis metode penelitian, kategori jenis-jenis data juga dilakukan dengan menggunakan berbagai dasar penggolongan sehingga bisa menjadi membingungkan, terutama bagi kalangan pemula. Saya membedakan data atas dasar penggolongan sebagai berikut:
  • Karakteristik nilai data, dibedakan data kualitatif (qualitative data) dan data kuantitatif (quantitative data); data kualitatif selanjutnya dibedakan menjadi data verbal dan data visual, sedangkan data kuantitatif menjadi data diskret (discrete) dan data kontinyu (continuous);
  • Taraf pengukuran data kuantitatif, dibedakan data nominal, data ordinal, data interval, dan data rasio;
  • Pihak yang mengumpulkan, data primer (primary data) bila dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau data sekunder (secondary data) bila dikumpulkan oleh pihak lain;
  • Rentang waktu pengumpulan data, dibedakan data satu waktu (cross-sectional) dan data berulang (longitudinaltime-series).
Pada tulisan ini saya akan menguraikan kategori data berdasarkan taraf pengukuran dan karakteristik nilai, sedangkan ketagori lainnya akan saya uraikan dalam kaitan dengan pengumpulan data pada tulisan berikutnya.

Data kuantitatif  berhubungan dengan nilai yang diberikan sebagai atribut peubah yang digunakan dalam pengukuran (level of measurement). Misalkan lima orang pergi bersama-sama makan bakso, terdiri atas 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Sekarang mari kita pikirkan peubah apa yang dapat digunakan untuk mengukur orang makan bakso ini. Peubah pertama adalah jenis kelamin, nilainya bisa laki-laki atau perempuan, laki-laki bisa dilambangkan L dan perempuan dilambangkan P. Tapi L dan P tidak dapat digunakan untuk menghitung. Untuk memfasilitasi perhitungan, mari lambangkan laki-laki dengan angka 1 dan perempuan dengan angka 2. Peubah kedua adalah kesukaan terhadap rasa bakso yang untuk mengukurnya dapat digunakan skor 1 sampai 5, 1 menyatakan sangat tidak enak dan 5 menyatakan amat sangat enak. Peubah berikutnya adalah panas kuah bakso yang dapat diukur dengan termometer, hasilnya berupa ukuran suhu, misalnya 75oC atau 85oC. Peubah terakhir adalah jumlah bakso yang dimakan oleh setiap orang, yang nilainya berupa jumlah mangkok bakso; katakan misalnya 1 mangkok setiap orang sehingga seluruhnya berjumlah 5 mangkok. Pengukuran semua peubah menghasilkan angka; ada angka yang melambangkan jenis kelamin, angka yang melambangkan rasa bakso, angka yang melambangkan suhu kuah bakso, dan terakhir, angka yang melambangkan jumlah mangkok bakso.

Sekarang mari kita pikirkan, apakah semua angka-angka itu sama atau berbeda? Apakah angka 2 pada peubah jenis kelamin sama dengan angka 2 pada peubah rasa bakso atau angka 2 pada jumlah mangkok bakso? Jawabannya tentu saja tidak. Angka 2 pada peubah jenis kelamin hanyalah merupakan lambang untuk membedakan sehingga karena itu angka 2 tidak berarti lebih besar dari angka 1. Dalam hal ini pengukuran sekedar bertaraf membedakan tanpa perbandingan besar kecil atau tinggi rendah. Data seperti ini disebut berskala nominal. Berikutnya angka 2 pada peubah rasa bakso. Karena skor 1 menyatakan sangat tidak enak dan skor 5 menyatakan amat sangat enak maka skor 2 berarti tidak enak, skor 3 berarti enak, dan skor 4 sangat enak. Skor 2 lebih tinggi dari skor 1, skor 3 lebih tinggi dari skor 2, dan seterusnya, tetapi perbedaan 1 antara skor 1 dan 2 serta perbedaan 1 antara skor 2 dan 3 dan seterusnya tidak bernilai sama. Data demikian ini disebut berskala ordinal karena selain bersifat membedakan juga sekaligus memeringkatkan. Peubah berikutnya adalah suhu kuah bakso, nilai 2 menyatakan kuah bakso hampir membeku, sebab dalam derajat Celsius, air membeku pada suhu 0oC dan mendidih pada suhu 100oC pada tekanan 1 atm. Dalam hal ini suhu 0C bukan berarti tidak ada suhu, melainkan menyatakan air membeku. Data yang dapat membedakan dan memeringkatkan dengan nilai nol yang disepakati disebut berskala interval. Dalam hal ini, perbedaan 10oC antara suhu 10oC dan 20oC bernilai sama dengan perbedaan 10oC antara 20oC dan 30oC dan seterusnya. Terakhir, pada peubah jumlah mangkok bakso, angka 0 menyatakan tidak ada satu mangkok baksopun yang dimakan. Angka-angka pada peubah ini menyatakan nilai absolut, dengan kata lain, selain membedakan dan memeringkatkan juga mempunyai nilai 0 yang berarti tidak ada. Data seperti ini dikatakan berskala rasio. Skala data nominal merupakan skala data terendah, skala rasio merupakan skala data tertinggi.

Jenjang taraf pengukuran dari terendah ke tertinggi
Apa yang kita dapat pelajari dari uraian di atas adalah bahwa angka hasil pengukuran hanyalah lambang. Lambang itu menjadi berarti kalau kita tahu apa yang kita ukur dan bagaimana kita menggunakan angka untuk melambangkan hasil pengukuran. Inilah sebabnya skala data juga disebut taraf pengukuran. Pengetahuan mengenai taraf pengukuran perlu benar-benar kita pahami supaya bisa melakukan operasi matematik terhadap angka-angka tersebut. Kita tahu bahwa dalam matematika, 1+2=3. Tapi dalam matematika kita menggunakan angka sebagai sesuatu yang abstrak. Dalam penelitian kita menggunakan angka sebagai lambang nilai hasil pengukuran peubah. Dalam hal ini angka tidak lagi abstrak, melainkan melambangkan sesuatu yang kita ukur. Karena itu, dalam hal 1 melambangkan laki-laki dan 2 melambangkan perempuan, 1+2 tidak sama dengan tiga. Demikian juga dalam hal rasa bakso, 1+2 juga tidak sama dengan 3 sebab 1 mangkok bakso tidak enak, jika ditambah menjadi dua mangkok, rasanya tidak akan berubah menjadi enak. Lain halnya dengan suhu, 5o+10o=15o, tetapi 0o tidak berarti tidak ada suhu. Juga lain lagi dengan jumlah mangkok bakso, 1 mangkok + 2 mangkok = 3 mangkok, dan 0 mangkok berarti tidak ada mangkok bakso. Dalam statistika yang kita gunakan sebagai sarana penelitian kuantitatif, angka tidak lagi abstrak, melainkan melambangkan sesuatu.

Mudah-mudahan Anda dapat memahami apa yang dimaksud dengan taraf pengukuran, sebelum kita lanjutkan mempelajari apa itu skala pengukuran (scale of measurement). Skala pengukuran berkaitan dengan penggunaan instrumen atau alat tertentu untuk membandingkan suatu konsep dengan suatu satuan. Misalnya, untuk mengukur tinggi tanaman kita menggunakan meteran untuk membandingkan tinggi tanaman sebagai konsep dengan meter atau sentimeter sebagai satuan. Skala pengukuran seperti ini tidak rumit karena mengukur peubah yang nyata (yaitu tinggi tanaman) dengan satuan yang telah tersedia dan disepakati secara internasional (yaitu meter), tersedia alat untuk mengukur (yaitu meteran), dan yang lebih penting, bersifat satu dimensi (yaitu menyatakan satu ukuran dengan nilai yang berkisar satu arah dari pendek ke panjang). Sekarang bandingkan dengan dengan konsep lain seperti jejak kaki karbon (carbon footprint) yang untuk mengukurnya diperlukan lebih dari satu peubah (multi dimensional). Silahkan periksa sendiri dan lakukan pengukuran.

Untuk mengukur konsep-konsep yang abstrak dan berdimensi majemuk (multi-dimensional), tidak tersedia instrumen siap pakai untuk melakukan pengukuran. Oleh karena itu, peneliti harus membuat skala pengukuran berdasarkan dimensi tertentu yang akan diukur. Pengukuran harus dilakukan berdasarkan dimensi tertentu sebab bila melibatkan berbagai dimensi sekaligus maka akan menjadikan hasil pengukuran kacau dan tidak bermakna. Dalam hal konsep rawan pangan misalnya, terdapat banyak dimensi yang perlu diidentifikasi sebagai peubah, misalnya persepsi masyarakat mengenai penyebab rawan pangan. Pembuatan skala berdimensi tunggal dari suatu konsep abstrak yang bersifat berdimensi majemuk tentu saja tidak sesederhana menggunakan meteran untuk mengukur tinggi tanaman atau menggunakan timbangan untuk menentukan berat hasil tanaman. Dalam penelitian yang menggunakan konsep abstrak dan berdimensi majemuk, dibedakan antara skala pengukuran (scale of measurement) di satu sisi dan skala tanggapan (response scale) pada sisi lain. Perhatikan gambar di bawah ini.

Pada gambar di kiri disajikan konsep kesediaan untuk menerima pendatang baru. Konsep tersebut diukur melalui tiga pertanyaan (hijau, atas ke bawah): (1) apakah bersedia menerima pendatang baru di negara Anda, (2) apakah bersedia menerima pendatang baru di lingkungan tetangga Anda, dan (3) apakah bersedia menerima pendatang baru di rumah Anda. Jawaban setiap pertanyaan dapat diberi nilai berupa angka (gambar mistar). Skala pengukuran berkaitan dengan hubungan antara pertanyaan pertama dengan pertanyaan kedua dan pertanyaan ketiga, sedangkan skala tanggapan berkaitan dengan hubungan antara setiap pertanyaan dengan skala yang digunakan.

Perhatikan bahwa hubungan antar-ketiga pertanyaan tidak sekedar membedakan, melainkan menjawab Ya terhadap pertanyaan kedua mengindikasikan jawaban Ya terhadap pertanyaan pertama dan menjawab Ya terhadap pertanyaan ketiga mengindikasikan menjawab Ya terhadap pertanyaan kedua dan pertama. Berkaitan dengan hal ini, dalam skala pengukuran, khususnya pengukuran konsep abstrak, dikenal tiga kategori skala sebagai berikut:
  • Skala berinterval sama Thusrston: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval sama, misalnya 1=miskin karena pendidikan rendah, 2=miskin karena malas, dan 3=miskin karena tidak mempunyai modal produksi;
  • Skala sumatif Likert: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval yang menunjukkan peringkat berurutan, misalnya 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=ragu-ragun, 4=setuju, dan 5=sangat setuju;
  • Skala kumulatif Guttman: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval yang menunjukkan peringkat sebagai hasil penjumlahan berurutan, misalnya 1=setuju pendatang baru tinggal di negara saya, 2=setuju pendatang baru pendatang baru tinggal di lingkungan tenpat tinggal saya, 3=setuju pendatang baru tinggal sebagai tetangga saya, 4=setuju pendatang baru bergaul dengan anak-anak saya, dan 5=setuju pendatang baru menikah dengan anak saya.
Skala pengukuran merupakan aspek yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif terhadap konsep atau konstruk yang bersifat abstrak, apalagi berdimensi majemuk. Meskipun konsep atau konstruk abstrak seperti ini pada umumnya dihadapi dalam penelitian di kalangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, skala pengukuran juga perlu dipahami dengan benar oleh kalangan ilmu-ilmu alam agar dapat memahami kesulitan yang dihadapi rekan-rekan peneliti di kalangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora tersebut. Pemahaman terhadap skala pengukuran terhadap konsep atau konstruk abstrak dan berdimensi majemuk yang dihadapi di kalangan ilmu-ilmu sosial mudah-mudahan saja dapat membangun saling pengertian yang lebih baik di antara kedua kalangan. Bahkan, pemahaman ini mungkin dapat menjembatani hubungan antara kubu positivis-pascapositivis di satu kutub dengan kubu interpretatif-konstruktivis di kutub lain, suatu saat nanti setelah Anda menjadi seorang peneliti mumpuni. 
 
Setelah memahami apa itu data, skala data, skala pengukuran, dan skala tanggapan, Anda juga perlu memahami perbedaan antara data dengan fakta (fact) dan kaitan data dengan informasi (information), pengetahuan (knowledge), dan kearifan (wisdom) yang lazim direpresentasikan sebagai piramida DIKW (data, information, knowledge, and wisdon).

Piramida DIKW
Data merupakan fakta kasar (raw fact) atau sepotong fakta mengenai keadaan sesuatu. Fakta diperoleh setelah data dianalisis untuk menghasilkan sesuatu yang sahih dan ajeg (kuantitatif) atau terpercaya (kualitatif) dengan peluang kebenaran yang memadai. Untuk itulah maka dalam penelitian, baik penelitian kuantitatif maupun penelitian kuantitatif, data harus dianalisis dengan menggunakan teknik-teknik analisis data kualitatif maupun teknik-teknik analisis data kuantitatif yang tepat untuk memisahkan fakta dari galat (error). Analisis data menghasilkan fakta yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga menjadi relevan dengan tujuan atau konteks tertentu sehingga dengan demikian menjadi berarti, bernilai, berguna, dan relevan yang dikenal sebagai informasi. Pengertian informasi seperti ini berkaitan dengan struktur dan fungsi, sedangkan berkaitan dengan karakter simbolik dan subjektif, informasi merupakan keadaan kesadaran (state of awarenenss) beserta manifestasi fisik yang dihasilkannya. Informasi merupakan campuran yang cair dari pengalaman, nilai, konteks, pendapat pakar, dan intuisi berdasar yang digunakan sebagai kerangka untuk mengevaluasi dan memasukkan informasi dan pengalaman baru. Namun demikian, pengertian apa itu sebenarnya pengetahuan berbeda-beda bergantung pada pandangan pengetahuan sebagai yang diproses (knowledge as processed), pengetahuan sebagai prosedural (knowledge as procedural), atau pengetahuan sebagai proposisional (knowledge as propositional).
 
Sebagaimana informasi dipandang sebagai fakta yang terorganisasi dan tersetruktur, pengetahuan sebagai yang diproses dipandang sebagai sintesis terhadap informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dalam jangka waktu yang panjang; pengorganisasian dan pemrosesan informasi untuk memungkinkan pemahaman, latihan pembelajaran, dan pembelajaran terakumulasi; dan pengombinasian informasi kontekstual, nilai, pengalaman, dan tata aturan. Pengetahuan sebagai prosedural berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan sebagai studi dan pengalaman; pengombinasian informasi kontekstual, pendapat pakar, keterampilan, dan pengalaman; pengombinasian informasi dengan pemahaman dan kapabilitas; dan pengombinasian persepsi, ketrampilan, pelatihan, common sense, dan pengalaman. Pengetahuan sebagai proposisional mengindikasikan pengetahuan sebagai pengetahuan yang merupakan pemikiran seseorang, yang dicirikan oleh justifikasi seseorang mengenai sesuatu yang benar, dapat merupakan justifikasi empiris sebagaimana halnya pengetahuan logis dan matematis (misalnya "setiap segitiga mempunyai tiga sisi"), justifikasi religius (misalnya "Tuhan itu ada"), justifikasi filosofis (misalnya "Cogito, ergo sum", karena berpikir maka saya ada), dan sebagainya. Perhatikan bahwa pengetahuan (knowledge) berkaitan dengan justifikasi seseorang mengenai sesuatu sebagai yang benar, sedangkan mengetahui (knowing) berkaitan dengan keadaan pikiran yang dicirikan oleh tiga keadaan: (1) kepercayaan seseorang bahwa sesuatu adalah benar, (2) kemampuan orang yang bersangkutan untuk menjustifikasi kebenaran yang dipercayai, dan (3) keadaan bahwa sesuatu yang dipercayai sebagai benar mampu dijustifikasi kebenarannya.
 
Pengetahuan memungkinkan seseorang mengambil keputusan setelah mempertimbangkan nilai etik maupun nilai estetik unik yang dimiliki secara personal. Kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dengan berdasarkan pengetahuan dan nilai etik dan estetik unik yang dimiliki secara personal tersebut itulah yang dikenal sebagai kearifan.

Melakukan sesuatu dengan benar versus melakukan sesuatu yang benar
 
Informasi dan pengetahuan memungkinkan seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar (doing things right), sedangkan kearifan memungkinkan orang melakukan sesuatu yang benar (doing the right things).

5.1.1.2. Membaca Pustaka Wajib
Silahkan mengklik setiap tautan yang diberikan pada materi kuliah ini dan mengunduh pustaka yang disediakan dari halaman Pustaka Wajib dan membaca judul bab atau sub-bab yang berkaitan dengan materi kuliah ini. Silahkan bagi file buku menjadi file terpisah untuk setiap bab dengan menggunakan layanan Free PDF Editor Online. Selanjutnya ubah format file dari format PDF ke format DOC dengan menggunakan layanan konversi format file daring untuk kemudian diterjemahkan dengan menggunakan layanan Penerjemahan Dokumen dari Google Translate.

***
Kembali membaca Pokok Bahasan Sebelumnya
Lanjutkan membaca Materi Berikutnya

***
Hak cipta: I Wayan Mudita (2019)
Revisi pertama: 3 Maret 2019. revisi menyeluruh termutakhir: 20 Februari 202i.

Creative Commons License

39 comments:

  1. Pengetahuan dibentuk oleh data, informasi maupun pengetahuan yang sebelumnya. Data secara tersendiri tidak memiliki arti. Informasi adalah data yang bermakna karena saling keterkaitan. Informasi bertujuan untuk menjawab pertanyaan siapa, apa, dimana ataupun kapan?. tapi sekedar menggabungkan antara data dan mengidentifikasi saling keterkaitan antar variabel apakah dapat menjamin bahwa informasi yang trsusun OTOMATIS akan menjadi berguna?

    ReplyDelete
  2. Selamat siang pak,dalam suatu penelitian tentang kehidupan masyarakat miskin kota,data diperoleh dari data pemda setempat,yaitu tentang penyebaran lokasi pemukiman, jumlah populasi masyarakat miskin, jenis pekerjaan dan lamanya menempati wilayah tersebut, apakah data tersebuttermasuk data sekunder? Karena saya masih bingung tentang data primer dan data sekunder. Trimaasih.

    ReplyDelete
  3. Met mlm bpk..mohon penjelasan bpk tentang ciri data diskret dan data kontinyu pada data penelitian kuantitatif.mksh

    ReplyDelete
  4. Selamat malam bapak, terima kasih untuk materinya.
    Data Kuantitatif katagori data berdasarkan jenjang taraf pengukuran dari yang terendah ke tertinggi yaitu data berskala nominal, data berskala oridinal, data berskala interval dan data berskala rasio.
    Mohon penjelasan bapak bagaimana jenjang pengukuran untuk data Kualitatif?
    Terima kasih untuk penjelasan bapak.

    ReplyDelete
  5. Selamat Siang Pak....
    Hal-hal apakah yang perlu dikemukakan dalam teknik analisis data?
    Terima Kasih Pak.

    ReplyDelete
  6. slamat siang pak...terima kasih untuk materi 5.1
    berkaitan dengan rentang pengumpulan data (longitudinal time-series) apakah hal ini merupakan data primer atau data sekunder dan bagaimana cara pengambilan secara berulang pada penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. makasi

    ReplyDelete
  7. Selamat pagi bapak,Apa itu data nominal, data ordinal, data interval Mohon penjelasan bapak. Terimakasih.

    ReplyDelete
  8. Selamat siang pak dalam penelitian kualitatif itu ada data verbal dan data visual bagaimana cara kita mengolah kedua jenis data ini dalam suatu penelitian. Trimakasih

    ReplyDelete
  9. Selamat Siang pak, Yang ingin saya tanyakan Apa saja yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam membuat membuat skala pengukuran berdasarkan dimensi tertentu yang akan diukur dalam suatu penelitian...??? Terimakasih

    ReplyDelete
  10. selamat sore pak.
    mohon penjelesan lebih lanjut ciri2 dari data kontinyu pada data penelitian?

    ReplyDelete
    Replies
    1. selamt malam pak rian setelah saya membaca saya menemukan ciri-ciri data kontinyu yaitu bersifat sinambung dan nilainya bisa berupa pecahan.

      Delete
    2. selamat malam pak, sedikit tambahan dari saya mengenai data kontinyu. ciri dari data kontinyu salah satunya merupakan hasil pengukuran yang masih bersenambungan, seperti pecahan yang tidak habis di bagi.

      Delete
    3. ijin menambahkan pak, Data kontinu adalah data yang nilainya memiliki kemungkinan nilai yang tidak terbatas dalam kisaran tertentu. Contoh data kontinu yaitu kisaran suhu, tinggi badan karena dapat diukur dalam meter dan pecahan meter, waktu terjadinya suatu peristiwa, dan lain sebagainya.

      Delete
  11. menurut saya Dalam jenis penelitian kuantitatif data beruapa angka, sedangkan dalam kualitatif dapat beruapa angka dan rangkaian kata -kata

    ReplyDelete
  12. apa saja yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam membuat skala pengukuran berdasarkan instrument yang digunakan untuk memproleh informasi atau data tentang keadaan objek atau proses yang diteliti?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya, dalam membuat skala pengukuran dari suatu instrumen penelitian akan lebih baik kalau peneliti mengembangkannya dengan memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya terlebih dahulu sehingga standar alat ukur dari peneliti dapat dipertanggungjawabkan sesuai dan tidak keluar dari konsep batasan masalah penelitiannya.

      Delete
  13. Selamat Malam Bapak, mohon sedikit penjelasan terkait dengan skala prioritas data melalui instrumen oleh para peneliti sehingga berdampak pada alat ukur penelitian antara data dan fakta serta sumber informasi lain untuk pendukungnya. Sehingga bisa menjawab pertanyaan tentang data, Skala Data, Skala Pengukuran Data dan Fakta.

    ReplyDelete
  14. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  15. Selamat malam, Pak. Terimakasih atas penyajian materi Mengenai Data dan Peubah.

    Saya ingin menanyakan, bagaimana cara mengukur data untuk periode
    tertentu dalam pengoptimalan portofolio?

    Apa itu data terstruktur, data tidak terstruktur? Apakah data yang besar dapat bersumber dari situs media sosial, seperti Facebook misalnya?

    Terima kasih, Pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam pak Marlon, pertanyaan yang menarik. Saya mencoba untuk menjawab pertanyaan nomor 2.
      Data diklasifikasikan dalam 2 jenis, yatu terstruktur dan tidak terstruktur.
      1. Data terstruktur (structured) direpresentasikan dalam skema yang jelas sehingga mudah untuk dianalisa maupun diintegrasikan dengan data terstruktur lainnya. Data terstruktur adalah data yang berada dalam satu tempat baik berbetuk sebuah file termasuk data yang berada dalam database ataupun spreadsheet. Data terstruktur adalah yang membuat model data.
      Contohnya adalah data CRM, Industry Research Data dan lain sebagainya. Data terstruktur biasanya dijalankan untuk mengakses database yang disebut dengan Structured Query Languange atau yang lebih dikenal dengan SQL.
      2. Data Tidak Terstruktur (Unstructured) direpresentasikan dalam berbagai bentuk sehingga sangat sulit untuk dianalisa maupun diintegrasikan dengan sumber data lain. Data tidak terstruktur adalah data yang tidak mudah diklasifikasi dan dimasukan kedalam sebuah kotak dengan rapi.
      Contohnya adalah foto, gambar grafis, streaming instrument data, webpages, pdf, PowerPointpresentations, konten blog dan lain sebagainya.
      Data terstruktur dan tidak terstruktur apabila diintegrasikan dalam menganilisa suatu permasalahan akan memberikan pemahaman dan solusi yang lebih lengkap dan tepat sasaran.

      Delete
  16. Selamat siang pak ,,terima kasih atas penyajian materinya ,,mohon ijin bertanya pak, apakah ada syarat-syarat untuk menetukan variabel tententu dapat dikelompokan dalam data berskala ordinal atau nominal,,terima kasih pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam p.amxen. ijinkan saya untuk menjawab dari pertanyaan diatas
      Skala Nominal hanya mendasarkan pada pengelompokan atau pengkategorian peristiwa dengan menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif melainkan hanya menunjukkan perbedaan kualitatif. Menurut jenis (katagorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik lainnya. Skala nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara skala pengukuran yang mengklasifikasi objek, individual atau kelompok dalam bentuk kategori. Pemberian angka atau simbol pada skala nominal tidak memiliki maksud kuantitatif hanya menunjukkan ada atau tidaknya atribut atau karakteristik pada objek yang diukur. Oleh karenanya, pada variabel dengan skala nominal tidak dapat diterapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang sesuai dengan skala nominal adalah proposisi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya
      Skala Ordinal merupakan skala yang dipergunakan disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu sehingga penyusunannya disusun secara terurut dari yang rendah sampai yang tinggi dan dipergunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan terutama berkaitan dengan pengukuran kepentingan, persepsi, motivasi sert mengukur sikap responden terhadap suatu kebijakan pendidikan, responden dapat diurutkan, angka-angka tersebut hanya sekedar menunjukkan urutan responden, bukan nilai untuk variabel tersebut.
      Skala Ordinal merupakan skala yang dipergunakan disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu sehingga penyusunannya disusun secara terurut dari yang rendah sampai yang tinggi dan dipergunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan terutama berkaitan dengan pengukuran kepentingan, persepsi, motivasi sert mengukur sikap responden terhadap suatu kebijakan pendidikan, responden dapat diurutkan, angka-angka tersebut hanya sekedar menunjukkan urutan responden, bukan nilai untuk variabel tersebut. Sebagaimana halnya pada pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga tidak dapat menerapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya.

      Delete
    2. Selamat Malam Pa Maxen.
      Mohon ijin Menjawab pertanyaan di atas :
      Sebelum masuk ke pembahasan skala pengukuran, maka ada hal yang perlu diketahui tentang apa yang akan Anda ukur. Dalam sebuah penelitian, maka kita pasti menentukan terlebih dahulu variabel penelitian, yang berarti variabel apa yang akan diukur. Umumnya variabel penelitian akan ditentukan oleh seorang peneliti untuk dipelajari dan digali Informasi dari objek tertentu yang kemudian ditarik kesimpulannya. Di samping itu perlu diketahui juga apa itu pengukuran. Pengkuran adalah dalah prosedur penetapan angka yang mewakili kuantitas ciri (atribut) yang dimiliki oleh subjek dalam suatu populasi atau sampel. Pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian angka untuk berbagai objek sedemikian rupa sehingga angka ini mewakili kualitas atribut. Pengukuran yang baik harus mempunyai sifat isomorphism dengan realitas. Artinya bahwa terdapat kesamaan yang dekat antara realitas yang diteliti dengan nilai yang diperoleh dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur. Dalam membuat skala pengukuran, baik nomial, ordinal, interval maupun ratio perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini:
      1) Mengisolasi kejadian empiris. Aktivitas ini merupakan konsekuensi langsung dari masalah identifikasi dan formulasi. Intinya kejadian empiris dirangkum dalam bentuk konsep/konstruksi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
      2) Mengembangkan konsep kepentingan. Yang dimaksud dengan konsep dalam hal ini adalah abstraksi ide yang digeneralisasi dari fakta tertentu.
      3) Mendefinisikan konsep secara konstitutif dan operasional. Definisi konstitutif mendefinisikan konsep dengan konsep lain sehingga melandasi konsep berkepentingan. Jika suatu konsep telah didefinisikan secara konstitutif dan benar, berarti konsep tersebut telah siap untuk dibedakan dengan konsep lain
      Terima kasih pa Maxen.

      Delete
  17. Selamat malam Pak, terima kasih untuk materi 5.1 Apa Itu Data, Skala Data, dan Skala Pengukuran, Perbedaan Data dari Fakta, serta Kaitan Data dengan Informasi, Pengetahuan, dan Kearifan?
    Pelaksanaan skala pengukuran itu membentuk suatu kebenaran yang terjadi pada data. Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penting dalam penelitian, karena kebenaran hasil penelitian sangat ditentukan oleh proses pengumpulan datanya. Yang menjadi pertanyaan saya :
    1. Apa yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan skala pengukuran agar hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan realitas?
    2. Langkah-langkah apa yang digunakan dalam melakukan prosedur skala pengukuran yang tepat?
    Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. selamat malam ibu Stevania Djawa,mohon ijin menanggapi pertanyaan yang telah diberikan ,
      1.Yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan skala pengukuran agar hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan realitas yaitu merumuskan konsep dan variabel penelitiannya. Dalam penelitian, yang diukur adalah variabel-variabel dan hasil pengukuran.
      2.Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan prosedur skala pengukuran adalah :
      1)Menentukan Dimensi Variabel Penelitian
      2) Merumuskan Ukuran Masing-Masing Dimensi

      Delete
  18. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  19. Selamat malam Pak, Terima kasih atas materi 5.1. yang ingin saya tanyakan adalah :
    1. Apakah perbedaan teknik pengumpulan data dengan instrumen pengumpulan data?
    2. Langkah-langkah apa yang dihunakan dalam menentukan dimensi variabel penelitian ?
    Terima kasih Pak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat Malam Ibu Tresia
      1. Di dalam suatu penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam research itu, sehingga data yang kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.
      Instrumen Pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan dalam sebuah research untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara kuantitatif dan disusun secara sistematis. nstrumen yang valid itu memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) pengukuran dengan alat pengukur yang lain sebagi prediktor, (2) adanya standisasi group tertentu untuk mengadakan observasi sebagai sebuah kriterium, (3) diselidiki ada atau tidaknya kecocokan antara hasil prediktor dengan hasil kriterium. Menurut Mulyasa, secara garis besar terbagi menjadi dua macam, yaitu : (1)Instrumen Tes (misalnya quisione) , (2) Instrumen Non Tes (dokumen gambar).
      Sedangkan teknik pengumpulan data adalah teknik atau metode yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data tentang masalah penelitian yang sedang mereka lakukan. Prosedur ini sangat penting agar data yang diperoleh dalam suatu penelitian adalah data yang valid, sehingga kesimpulan yang valid juga bisa diambil.
      Data Dari Cara Memperolehnya
      Berikutnya yaiu Data Dari Cara Memperolehnya, untuk tipe data ini, dibagi menjadi 2 bagian, berikut penjelasannya.
      1. Data Sekunder
      Data sekunder sendiri mengacu pada data yang diperoleh langsung dari peneliti. Contoh data sekunder dapat berupa dokumen atau arsip milik orang atau lembaga yang diteliti oleh peneliti.
      2. Data Primer
      Data primer adalah data yang diterima peneliti langsung dari subjek atau objek dari penelitian. Contoh dari data ini adalah catatan hasil wawancara.
      a) Teknik Pengambilan data :
      b) Teknik Pengumpulan data dengan observasi
      c) knik pengumpulan data dengan wawancara
      d) Studi Dokumen.
      e) Penelitian Kepustakaan

      2. Cara membuat dimensi variable
      Variabel merupakan konsep yang dapat diukur. Variabel merupakan karakteristik atau gejala yang dapat memiliki nilai yang berbeda-beda; variabel itu berubah-ubah. Dimensi dan indikator dapat berupa variable. Apabla suatu konsep hanya memiliki satu dimensi dengan satu indikator, maka konsep tersebut sama dengan variable.
      Dimensi variable adalah Makna-makna yang berbeda dikenakan pada kelompok-kelompok yang berbeda. Kelompok-kelompok itu disebut “dimensi”
      Suatu konsep dapat terdiri dari satu dimensi atau lebih. Konsep lebih abstrak dari dimensi. . Apabila dimensi tidak dapat diamati secara langsung, maka digunakan indicator.
      Terima Kasih Ibu

      Delete
    2. Ijin mencoba menjawab pertanyaan nomor 1 ya Ibu Tressia. Sederhananya yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data itu adalah cara untuk mengumpulkan data, misalnya wawancara, kuisioneryang dibagikan atau pengukuran langsung menggunakan alat ukur. Sedangkan instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, seperti contohnya : kuisioner, meteran.

      Delete
  20. Selamat Malam Bapak
    Terima kasih untuk materinya :
    Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum yang berasal dari bahasa latinyang berarti “suatu yang diberikan”. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata,atau citra.Menemukan data secara benar valid dan reliable membutuhkan teknik pengumpulan data dan instrument pengumuplan data. Dalam penelitian kuantitatif dimensi variable sangat mementukan pengujian hipotesisnya. Sedangkan pada penelitian kualitatif dijelaskan melalui topic dan sub topic. Pertanyaan saya:
    1. Bila dalam penelitian kuantatif kesalahan itu diukur melalui galat eror maka bagaimana mengukuran kesalahan pada penelitian kualitatif?
    2. Bagaimana membuat batasan interval dalam suatu penelitian kuantitaif dengan menggunakan skala interval?
    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam Pak Piter, ijin menjawab pertanyaan nomor 1.
      Bagaimana mengukur kualitas penelitian kualitatif
      Menurut Simon C Kitto et el. (2008: 243), kualitas penelitian kualitatif ditentukan setidaknya oleh tiga prinsip utama sebagai berikut:
      1. Rigour (keseluruhan dan ketepatan penggunaan metode)
      Maksudnya adalah karena penelitian kualitatif menekankan kedalaman pemahaman persoalan yang diteliti, maka peneliti wajib berusaha keras mengumpulkan informasi yang kemudian menjadi data sekomprehensif mungkin untuk selanjutnya dianalisis menjadi fakta. Prinsipnya tidak boleh ada informasi sekecil apa pun yang terkait dengan tema atau masalah yang diteliti yang tertinggal, sehingga penelitian kualitatif memiliki data yang kaya (thick description of data). Itu sebabnya penelitian kualitatif memakan waktu relatif lebih lama daripada penelitian kuantitatif.
      2. Credibility (kebermaknaan, dan temuan disajikan secara baik).
      Salah satu tujuan penelitian ialah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas. Karena itu, ketika temuan penelitian berupa pola atau kaidah sudah diperoleh tugas peneliti sebenarnya belum berakhir. Masih ada satu tugas lagi yang sangat penting, yakni melaporkan atau memublikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan khalayak dalam bentuk laporan penelitian. Membuat laporan penelitian pada hakikatnya mengomunikasikan hasil penelitian kepada pembaca, bukan kepada diri sendiri.
      3. Relevance (kegunaan temuan)
      Adalah seberapa jauh temuan penelitian relevan dengan persoalan atau konteks dan fenomena yang sedang diteliti. Banyak sekali manfaat atau kegunaan penelitian, baik bagi peneliti maupun masyarakat luas. Bagi peneliti, penelitian akan memberikan pengalaman sangat berharga, dapat meningkatkan kualitas diri dan menyumbang karya yang berharga bagi masyarakat. Bagi masyarakat, penelitian bisa menjadi khasanah data dan informasi yang terpercaya, memberikan pengetahuan terapan untuk berbagai keperluan teknis, misalnya seagai dasar untuk mengambil sebuah kebijakan. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian akan menyumbang pengembangan ilmu.

      Delete
  21. Selamat Malam bapak, Mohon bantuan Penjelasannya .
    Yang saya pahami tentu ada beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang paling sering digunakan itu adalah wawancara.
    Wawancara sebagai metode pengumpulan data termasuk jenis wawancara, jenis pertanyaan, lama waktu wawancara, dan prosedur melakukan wawancara, selain itu perlu menentukan metode wawancara sesuai dengan metodologi penelitian dan melakukannya dengan benar.
    Pertanyaannya (1). Menurut saya bahwa Banyak peneliti pemula mengalami kesulitan mewawancarai orang, karena orang cenderung menjawab dengan singkat. Apalagi budaya pada masyarakat Indonesia yang cenderung tidak terbiasa mengungkapkan perasaan.Bagaimana strategi menghadapi tantangan seperti ini di lapangan?(2). Pada penelitian kualitatif berapa Responden yang harus di persiapkan (3). Bagaimana Metode wawancara ini dilakukan di masa Pandemi covid 19?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Izin menjawab pertanyaan nomor 3 pak Marianus, metode wawancara pada masa pandemi covid 19 dapat dilakukan secara online, sama seperti kita saat ini berkuliah, terima kasih.

      Delete
    2. 1. Pertanyaan bisa disederhanakan menggunakan bahasa baku yang sederhana dan mudah dipahami ketika wawancara berlangsung
      3. metode wawancara secara online yaitu dengan membagikan kuisioner kepada informan yang telah ditentukan dalam penelitian melalui media online seperti ( telepon genggam)

      Delete
  22. Terima kasih untuk materinya bapak. Thurstone adalah salah satu ahli teori skala pertama dan paling produktif. Dia menemukan tiga metode berbeda untuk mengembangkan skala satu dimensi:
    1. metode interval yang tampak sama,
    2. metode interval berurutan, dan
    3. metode perbandingan berpasangan.

    yang ingin saya tanyakan, manakah dari ketiga metode ini yang baik untuk digunakan dalam mengembangkan skala satu dimensi ? terima kasih bapak.

    ReplyDelete
  23. Franciscus Xaverius Desy Ari SasongkoFebruary 27, 2021 at 11:41 PM

    Saya tertarik dengan pernyataan di akhir materi ini, yaitu : informasi dan pengetahuan memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan benar, sedangkan kearifan memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang benar. Sepertinya pernyataan ini cocok ketika digunakan untuk pengelolaan lingkungan. Ketika seseorang hanya mengandalkan pengetahuan dan informasi maka dia hanya akan melakukan sesuatu dengan prosedur yang benar, istilahnya tidak memperdulikan apakah yang dilakukannya adalah hal yang benar asalkan dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar. Tetapi beda halnya ketika seseorang bertindak berdasarkan kearifan maka ia akan melakukan hal-hal yang memang benar dan tidak sekedar hanya melewati prosedur yang benar.

    ReplyDelete
  24. Ijin bertanya Pak, contoh penelitian seperti apakah yang menggunakan data berulang (longitudinal, time-series)?

    ReplyDelete
  25. dalam skala pengukuran, khususnya pengukuran konsep abstrak, dikenal tiga kategori skala yaitu: Skala berinterval sama Thusrston: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval sama,
    Skala sumatif Likert: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval yang menunjukkan peringkat berurutan
    Skala kumulatif Guttman: skala untuk membedakan sesuatu dengan interval yang menunjukkan peringkat sebagai hasil penjumlahan berurutan

    ReplyDelete
  26. cara melaporkan penelititan kualitatif ideosyneratic dan individualistik, itu artinya bagaimana??

    ReplyDelete